WikiLeaks Juga Bisa "Pukul" Belanda
WikiLeaks Juga Bisa "Pukul" Belanda
KOMPAS.com - "Suatu
pukulan telak bagi diplomasi Amerika." Demikian penilaian mantan Menteri
Luar Negeri Belanda, Ben Bot, mengenai publikasi korespondesi rahasia
di antara diplomat Amerika Serikat.
Sebagian dokumen rahasia itu dibocorkan situs WikiLeaks dan nama Belanda disebut hampir 2.500 kali. Ben Bot menjadi menteri luar negeri selama 2003-2007, periode yang mencakup saat Belanda memutuskan ikut mengirim tentara ke Irak dan Afghanistan.
Tidak pelak lagi, hal itu merupakan topik pembicaraan penting antara Kedutaan Besar Amerika di Den Haag dan Departemen Luar Negeri Amerika di Washington.
Suatu data statistik yang diterbitkan oleh mingguan Jerman, Der Spiegel, juga menunjukkan meningkatnya lalu lintas pengiriman berita pada masa hangatnya diskusi mengenai Irak dan Afghanistan.
Mengenai isi beritanya, hingga sekarang belum banyak yang diketahui. Perlu menunggu Wikileaks mempublikasikan korespondensi para diplomat Amerika dengan kedutaan besar mereka di Den Haag.
Menjawab pertanyaan Radio 1 Journaal (NOS) mengenai dampak pembocoran berbagai dokumen tersebut, Ben Bot menyatakan, dalam tempo dekat ini, dampaknya akan negatif:
"Jika bertemu dengan diplomat Amerika, pejabat resmi di berbagai negara, menteri, pejabat tinggi, akan banyak menahan diri. Mereka tentunya akan berpikir, apa yang saya katakan sekarang ini, beberapa tahun kemudian akan jadi rahasia umum. Jadi, lebih baik menahan diri saja. Dan ini, bagi diplomasi Amerika, dalam waktu dekat ini, akan merupakan tamparan telak," katanya.
Gejala menahan diri ini, menurut Ben Bot, bukan hanya merugikan kebijakan politik Amerika, tapi juga merugikan kebijakan politik luar negeri di seluruh dunia.
Beberapa dokumen yang bocor memang memuat banyak kutipan yang bisa membuat malu Amerika. Misalnya menyebut Presiden Rusia Medvedev dan Perdana Menteri Putin sebagai Robin dan Batman. Tanggapan Ben Bot mengenai hal ini:
"Tentu saja itu tidak bijaksana. Bahkan bagi seorang diplomat yang sedang mengirim berita rahasia secara, secara blak-blakan. Seorang diplomat seyogyanya tidak menggunakan sebutan seperti itu."
Sekutu SetiaNama Belanda kadang disebut dalam berbagai dokumen yang telah dipublikasikan sekarang ini. Di antaranya campur tangan langsung Presiden Prancis, Sarkozy, mengenai diskusi di Belanda tentang kelangsungan misi militer di Afghanistan, pada masa jabatan terakhir Jan Peter Balkenende.
Dari dokumen lain terungkap penilaian positif Amerika pada Menteri Luar Negeri Belanda saat itu, Maxime Verhagen. Mereka menyebutnya sebagai sekutu setia.
Sebagian dokumen rahasia itu dibocorkan situs WikiLeaks dan nama Belanda disebut hampir 2.500 kali. Ben Bot menjadi menteri luar negeri selama 2003-2007, periode yang mencakup saat Belanda memutuskan ikut mengirim tentara ke Irak dan Afghanistan.
Tidak pelak lagi, hal itu merupakan topik pembicaraan penting antara Kedutaan Besar Amerika di Den Haag dan Departemen Luar Negeri Amerika di Washington.
Suatu data statistik yang diterbitkan oleh mingguan Jerman, Der Spiegel, juga menunjukkan meningkatnya lalu lintas pengiriman berita pada masa hangatnya diskusi mengenai Irak dan Afghanistan.
Mengenai isi beritanya, hingga sekarang belum banyak yang diketahui. Perlu menunggu Wikileaks mempublikasikan korespondensi para diplomat Amerika dengan kedutaan besar mereka di Den Haag.
Menjawab pertanyaan Radio 1 Journaal (NOS) mengenai dampak pembocoran berbagai dokumen tersebut, Ben Bot menyatakan, dalam tempo dekat ini, dampaknya akan negatif:
"Jika bertemu dengan diplomat Amerika, pejabat resmi di berbagai negara, menteri, pejabat tinggi, akan banyak menahan diri. Mereka tentunya akan berpikir, apa yang saya katakan sekarang ini, beberapa tahun kemudian akan jadi rahasia umum. Jadi, lebih baik menahan diri saja. Dan ini, bagi diplomasi Amerika, dalam waktu dekat ini, akan merupakan tamparan telak," katanya.
Gejala menahan diri ini, menurut Ben Bot, bukan hanya merugikan kebijakan politik Amerika, tapi juga merugikan kebijakan politik luar negeri di seluruh dunia.
Beberapa dokumen yang bocor memang memuat banyak kutipan yang bisa membuat malu Amerika. Misalnya menyebut Presiden Rusia Medvedev dan Perdana Menteri Putin sebagai Robin dan Batman. Tanggapan Ben Bot mengenai hal ini:
"Tentu saja itu tidak bijaksana. Bahkan bagi seorang diplomat yang sedang mengirim berita rahasia secara, secara blak-blakan. Seorang diplomat seyogyanya tidak menggunakan sebutan seperti itu."
Sekutu SetiaNama Belanda kadang disebut dalam berbagai dokumen yang telah dipublikasikan sekarang ini. Di antaranya campur tangan langsung Presiden Prancis, Sarkozy, mengenai diskusi di Belanda tentang kelangsungan misi militer di Afghanistan, pada masa jabatan terakhir Jan Peter Balkenende.
Dari dokumen lain terungkap penilaian positif Amerika pada Menteri Luar Negeri Belanda saat itu, Maxime Verhagen. Mereka menyebutnya sebagai sekutu setia.